Murniqq, juga dikenal sebagai “berjalan di api”, adalah ritual tradisional yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di berbagai budaya di seluruh dunia. Hal ini diyakini berasal dari India kuno dan sejak itu menyebar ke negara-negara seperti Fiji, Malaysia, dan Yunani. Latihan ini melibatkan berjalan tanpa alas kaki di atas batu bara atau batu panas tanpa mengalami luka bakar atau cedera.
Dalam bentuknya yang kuno, murniqq sering dikaitkan dengan keyakinan agama dan spiritual. Hal itu diyakini sebagai cara untuk membuktikan keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada dewa, sekaligus sebagai sarana pembersihan diri dari dosa dan energi negatif. Peserta akan menjalani persiapan yang matang, termasuk puasa, meditasi, dan doa, sebelum berjalan melintasi api.
Seiring berjalannya waktu, praktik murniqq telah berkembang dan memiliki makna baru. Di beberapa budaya, hal ini kini dipandang sebagai bentuk hiburan atau cara untuk menunjukkan kekuatan fisik dan mental. Acara jalan api sering diadakan selama festival atau acara-acara khusus, sehingga menarik banyak penonton yang datang untuk menyaksikan tontonan menakjubkan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, murniqq juga mendapatkan popularitas sebagai bentuk pengembangan dan pemberdayaan pribadi. Banyak orang melihat berjalan di api sebagai cara untuk mengatasi ketakutan, melampaui keterbatasan, dan mencapai rasa pencapaian. Panasnya api dikatakan mewakili tantangan dan rintangan yang harus dihadapi seseorang dalam hidup, dan keberhasilan berjalan melintasi bara api dipandang sebagai metafora untuk menaklukkan tantangan tersebut.
Acara jalan api kontemporer sering kali difasilitasi oleh instruktur terlatih yang menjamin keselamatan peserta dan memberikan panduan tentang cara berjalan melintasi api tanpa terbakar. Tindakan perlindungan seperti merendam arang dalam air terlebih dahulu atau menggunakan lapisan abu untuk menyekat kaki biasanya dilakukan untuk meminimalkan risiko cedera.
Meskipun terdapat adaptasi modern, murniqq tetap memiliki arti penting bagi banyak orang yang memandangnya sebagai pengalaman yang kuat dan transformatif. Baik itu dilakukan sebagai tradisi budaya, tantangan pribadi, atau bentuk penemuan diri, berjalan di api tetap menjadi praktik menarik yang menjembatani kesenjangan antara ritual kuno dan praktik kontemporer.